PENGANTAR
PENDIDIKAN
Tentang
LANDASAN
HISTORIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONALINDONESIA
(PENDIDIKAN
KOLONIAL BELANDA DAN JEPANG)
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Pendidikan, yang di ampu
Oleh:
Dr. Hj. Tatik Sutarti Suryo, MM.
Disusun Oleh:
Kelompok
II.B
Anggota:
1. Fitria
Ningrum
2. Hanifah
Nur Dwi Zulfikar
3. Mimin
Kustanti
4. Putri
Anisa Amalia
5. Widodo
Prodi Pendidikan Matematika
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PACITAN
TAHUN
2014/2015
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan
yang telah melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang membahas tentang “Landasan Historis
Sistem Pendidikan NasionalIndonesia (Pendidikan Kolonial Belanda Dan Jepang)”.
Tugas ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan. Di
samping itu dengan makalah ini diharapkan agar bangsa Indonesia terutama kita
sebagai peserta didik yang saat ini menempuh jenjang pendidikan sebagai calon
guru supaya mengetahui historis (sejarah) pendidikan di Indonesia.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada
para pembaca yang berkenan membaca makalah ini. Jika terdapat kesalahan
penggunaan bahasa maupun salah pengetikan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya, seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” yang
berarti tak ada manusia yang sempurna yang tak luput dari salah. Kami berharap
saran dan kritikan dari pembaca yang bersifat membangun terutama untuk artikel ini
maupun untuk diri saya.
BAB
XII
LANDASAN
HISTORIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
INDONESIA
: PENDIDIKAN KOLONIAL BELANDA DAN JEPANG
A.
Pendidikan Kolonial
Belanda Abad 19 dan 20
Pemerintah
kolonial Belanda dalam penyelenggaraan pendidikan untuk bumiputra di
dasarkan pada kecenderungan-kecenderungan:
1. Aliran
liberialisme yang berkembang di negara Belanda, bersifat netral dalam hal
agama, sehingga pendidikan agama tidak di berikan di sekolah.
2. Politik
diskriminasi antara pribumi dengan orang Eropa. Bumiputra ialah semua orang yang
termasuk rakyat Indonesia asli dari Hindia Belanda dan tidak beralih masuk
golongan rakyat lain dan mencampurkan diri dengan rakyat Indonesia asli.
3. Pembukaan
sekolah dan perluasannya di dorong oleh kebutuhan praktis serta pemenuhan
pegawai negri menengah rendah.
Karakteristik
sistem penyelenggaraanpendidikan kolonial belanda:
1. Dualistik
diskriminatif, yaitu membedakan pendidikan untuk orang-orang Eropa dengan
orang-orang bumiputra.
2. Sentralistik,
yaitu pemerintahan kolonil Belanda mempunyai wewenang mengatur wewenang
penyelenggaraan pendidikan.
3. Tujuan
pendidikan bumiputra, yaitu menghasilkan tamatan yang dapat menjadi warga
negara Belanda kelas dua, yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pegawai negri
atau perusahaan swasta Belanda tingkat menengah dan terendah.
Pendidikan
zaman kolonial Belanda dalam abad ke -19:
1. Sekolah
dasar dan lanjutan untuk golongan penduduk Eropa.
2. Sekolah
dasar negeri dan sekolah raja untuk golongan penduduk bumiputra.
3. Sekolah
kejuruan yang dapat di ikuti oleh golongan Eropa dan bumiputra.
Pendidikan
zaman kolonial Belanda abad ke-20:
1. Penyelenggaraan
pendidikan di landaskan liberalisme kapitalistik, yaitu perluasan pendidikan
bumiputra yang diselaraskan dengan kepentingan penanaman midal terutama para
kapitalis Belanda.
2. Tujuan
pendidikan sama dengan masa sebelumnya, dengan lebih menonjolkan kepentingan
ekonomi, yaitu pemenuhan kebutuhan tenaga kerja atau buruh bagi pemilik modal
Belanda.
3. Hasil
studi komisi pendidikan hindia Belanda (
Holandsch Inlandsch OndeSrwijs Commissie ) 1928-1929.
Sistem
persekolahan zaman kolonial Belanda abad ke-20:
1. Sistem
persekolahan atas tiga jenjang pendidikan:
a. Pendidikan
rendah(Lagere Onderwijs).
b. Pendidikan
lanjutan (Middeelbaar Onderwijs).
c. Pendidikan
tinggi (Hoonger Onderwijs).
2. Pendidikan
rendah terdiri atas:
a. Sekolah
Eropa, yang berbahasa pengantar Belanda.
b. Sekolah
bumiputra, yang berbahasa pengantar bahasa melayu atau daaerah.
B. Pendidikan
Kolonial Jepang
1. Pemerintahan
kolonial Jepang.
Pendudukan / penjajahan
Jepang terhadap Indonesia 1942-1945 (PD II), pemerintahannya adalah
pemerintahan militer. Penjajahan Jepang ke Indonesia membawa semboyan
“Kemakmuran Bersama, Asia untuk Asia”.
2. Penyelenggaraan
pendidikan.
a. Pendidikan
zaman Jepang dilaksanakan atas dasar idiil Hakko-Ichi-U, artinya pendidikan adalah
alat untuk mencapai lingkungan kemakmuran bersama Asia Timur Raya, dalam arti
dekat membantu memenangkan perang Asia Timur, dalam arti praktisnya adalah
pendidikan bertujuan menghasilkan tenaga yang terampil dan prajurit yang siap
membantu memenangkan peperangan bagi Jepang.
b. Bahasa
Indonesia di jadikan bahasa pengantar resmi, baik di kantor maupun di sekolah.
Pemakaian bahasa Belanda dilarang, bahasa Jepang menjadi bahasa ke dua dan di
ajarkan di sekolah.
c. Pembedaan
pelayanan pendidikan pada bahasa dan status sosial di hapus.
Dualistis-diskriminatif dalam sistem pendidikan di hilangkan.
d. Jenis
Persekolahan
1. Sekolah
rakyat (Kokumin Gakho), yang terbuka
bagi semua golongan penduduk dengan lama pendidikan enam tahun.
2. Sekolah
menengah pertama ( Shotu Chu Gakho ),
Sekolah menengah tinggi
( Koto Chu Gakho ),
Sekolah pertukangan ( Kogyo Gakho ),
Sekolah teknik menengah
( Kogyo Semmon Gakgho ),
Sekolah hukum dan
Mosvia di hilangkan.
3. Sekolah
tinggi kedoteran ( Ika Dai Gakho ) di
Jakarta, sekolah teknik tinggi (Kagyio
Dai Gakh ) di Bandung, sekolah tinggi pamong praja (Kenkoku Gakuin ) di Jakarta dan sekolah tinggi kedokteran hewan di
Bogor.
e. Sitem
persekolahan
Terdiri dari tiga
jenjeng, yaitu pendidikan dasar enam tahun, pendidikan menengah enam tahun dan pendidikan tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar